Selasa, 09 November 2010

Rumah untuk Tukang Kayu

Seorang tukang kayu senior sudah siap untuk pensiun. Dia mengatakan kepada majikan-kontraktor tentang rencananya untuk meninggalkan pekerjaan tukana membangun rumah danakan menjalani kehidupan yang lebih santai dengan istrinya bersama keluarga besarnya.

Dia akan kehilangan gaji, tapi ia harus pensiun. Kontraktor menyesalkan untuk melihat pekerja yang baik pergi dan bertanya apakah ia bisa membangun hanya satu rumah lagi untuk pribadi. Tukang kayu menyanggupi, tetapi pada saat itu kelihatannya ia bekerja tidak dengan hati yang tulus. Dia seperti terpaksa , bekerja denganburuk dan bahan yang digunakan bermutu rendah. Itu adalah cara yang tidak bagus untuk mengakhiri karirnya.

Ketika tukang kayu menyelesaikan pekerjaannya dan si tukang bangunan datang untuk memeriksa rumah, kontraktor menyerahkan kunci pintu depan ke tukang kayu. "Ini adalah rumahmu," katanya, "hadiah saya kepada Anda."

Tukang itu terkejut! Sayang, ! Menyesal! Kalau saja ia tahu ia sedang membangun rumahnya sendiri, ia akan melakukan itu semua secara berbeda. Sekarang ia harus tinggal di rumah yang dia bangun dengan asal-asalan.

Demikian juga dengan kita. Kita membangun hidup kita dalam kebimbangan dan kebingungan, mengeluh tapi tidak bekerja dengan baik, bersedia tetapi tidak sungguh-sungguh. Pada intinya kita tidak melakukan pekerjaan terbaik kita. Kemudian dengan terkejut kita melihat keadaan kita telah menciptakan dan ternyata kita sekarang hidup di rumah kami telah kita bangun. Kita akan Menyesal andai saja kita akan melakukannya dengan cara berbeda.

Pikirkan diri Anda sebagai tukang kayu. Pikirkan tentang rumah Anda. Setiap hari Anda bekerja dengan palu, paku, memasang papan, atau mendirikan sebuah dinding. Bangun dengan bijaksana bijaksana. Anggap Ini adalah satu-satunya yang pernah kerjakan sekali dalam hidup, membangun. Bahkan jika Anda hidup itu hanya untuk satu hari lagi, hari itu layak untuk dijalani dengan anggun dan dengan bermartabat.


============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 1. Hlm 122-123. ISBN 978-6028-686-402.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AYAH… sudahkah mencoba ngobrol dengan anak-anak? Alhamdulillah jika sudah dan teruskan hal itu sesering mungkin sambil kita belajar terus...