Kamis, 28 Oktober 2010

KEUTAMAAN TAUHID DAN HAL-HAL YANG BERTENTANGAN DENGANNYA (1)



Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam kepada Rasulullah.
Saudaraku seiman, berikut ini kalimat ringkas tentang keutaam tauhid serta peringatan terhadap hal –hal yang bertentangan dengannya, berupa syirik dan berbagai macamnya, dan bid’ah dengan segala ragam dan coraknya, baik yang kecil maupun yang besar.
Sesungguhnya, tauhid adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul, dan ia merupakan landasan dari misi dakwah mereka. Allah Ta’ala berfirman :
“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilan Thaghut”. (QS. An Nahl:36)

Tauhid adalah hak Allah yang paling besar atas hamba-hamba-Nya. Di dalam kitab ”Ash Shalihin” (Shahih Bukhary dan Shahih Muslim) diriwayatkan Mu’adz, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
”Hak Allah atas hamba-hamba-Nya ialah, bahwa mereka beribadah (hanya) kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain”
Maka barang siapa yang telah merealisasikan tauhid, dialah yang berhak masuk surga. Dan sebaliknya, barangsiapa yang melakukan atau meyakini sesuatu yang bertentangan dan berlawanan dengannya, maka dia akan jadi penghuni nerakan.
Demi eksisnya tauhid, Allah memerintahkan para rasul memerangi kaumnya sampai mereka (mau) beriman kepadanya. Rasulullah SAW bersabda :
”Aku diperintahkan memerangi manusia sampai mereka (mau) bersaksi; bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah”. HR Bukhary dan Muslim.

Merealisasikan tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan menyalahinya merupakan jalan yang menjerumuskan ke jurang kesengsaraan. Merealisasikan tauhid adalah sarana untuk menyatukan umat, merapatkan barisan dan mencapai kebersamaan dan kesepakatan. Dan segala cacat (kekurangan) dalam pelaksanaan tauhid merupakan puncak perpecahan dan kehancuran.
Ketahuilah wahai saudaraku, -semoga Allah merahmati kita semua- bahwa tidak semua orang yang mengucapkan kalimat : ”Laa ilaaha illa Allah”, serta merta menjadi orang yang sudah bertauhid (merealisasikannya). Akan tetapi menurut para ulama, agar menjadi seorang yang bertauhid (muwahhid) mesti memenuhi tujuh syarat berikut ini :
  1. Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat tauhid itu, baik dalam hal menetapkan (itsbat) maupun menafikan (nafy). Maka tiada (yang berhak) disembah selain Allah.
  2. Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen (dari kalimat tauhid itu)
  3. Menerima dengan hati dan lisan (perkataan) segala konsekwensinya
  4. Tunduk dan patuh kepada segala yang dikehendakinya
  5. Benar dalam mengatakannya. Artinya apa yang dikatakannya dengan lidah mesti sesuai dengan apa yang diyakininya dalam hati
  6. Ikhlas dalam melakukannya, tanpa dicampuri riya
  7. Mencintai kalimat tauhid ini dengan segala konsekwensinya

Saudara-saudaraku seiman!
Sebagaimana wajibnya merealisasikan tauhid serta memenuhi syarat-syarat kalimat : ”Laa ilaaha illa Allah”, kita mesti juga takut dan berhati-hati terhadap syirik, pintu-pintu dan tempat-tempat masuknya, baik itu yang kecil maupun yang besar. Karena sesunggunya sebesar-besar kezhaliman adalah syirik. Allah Ta’ala mau mengampuni semua dosa hamba-Nya. Dan barangsiapa yang terjerumus kedalamnya, Allah haramkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka. Allah Ta’ala berfirman :
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. QS. An Nisaa’: 48.

Dan berikut ini kita kemukakan beberapa hal yang bertentangan atau dapat merusak tauhid, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, agar anda berhati-hati terhadapnya: ....(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AYAH… sudahkah mencoba ngobrol dengan anak-anak? Alhamdulillah jika sudah dan teruskan hal itu sesering mungkin sambil kita belajar terus...